Religiusitas Dan Agresivitas Remaja Studi Teoritik Religiusitas Dan Agresivitas Remaja
Abstract
Menurut Joyce konflik semestinya dapat memberikan manfaat bagi individu dalam
pembelajaran. Kontribusi positif tersebut antara lain memberikan energi positif atau memunculkan
motivasi untuk meningkatkan ketertarikan siswa (student’s interest) pada masalah. Di samping itu,
dengan adanya konflik akan memberikan jalan keluar yang berbeda, memodifikasi perilaku dan
datang dengan masalah beserta jalan keluarnya (Joyce & Weil, 2003, pp. 100, 91). Perilaku yang
tidak dapat terkendali dengan baik akan menimbulkan perilaku agresif pada remaja (Van Lange,
Rinderu, & Bushman, 2016)
Sayangnya konflik interpersonal di kalangan generasi Z semakin memprihatinkan. Ada
banyak data korban yang seharusnya dapat diselamatkan, tetapi beberapa penanganan seringkali
tidak komprehensif dan terkesan hanya tambal sulam. Dalam dunia pendidikan konflik interpersonal
dapat terjadi di lingkungan dalam ruang kelas, dan dari interaksi antara murid dengan murid, dan
guru (Hardin, 2004). Interaksi sosial dalam lingkup kelas menjadi penting karena setiap konflik
interpersonal bagaikan dua mata pisau yang memiliki ketajaman dan penggunaan yang berbedabeda.
Sebagai sebuah problem pendidikan, masalah ini dapat didekati dengan lima model utama,
yaitu administrator model, structural functional model, cultural pluralism model, political model, dan
interpersonal model (Lam & Lam, 2006). Tulisan ini akan membedah lebih jauh bagaimana konflik
generasi Z seharusnya ditangani? Bagaimana lembaga pendidikan sebagai sarana sosialisasi nilainilai religiusitas memberikan arti bagi generasi. Tulisan ini ingin membedah lebih jauh dari beberapa
teori dan penelitian terakhir tentang konflik interpersonal dan religiusitas bagi generasi milinial ini