dc.description.abstract | Memahami keragaman dan perbedaan, memerlukan adanya kesediaan memahami diri
secara utuh. Dalam proses pembelajaran, idealnya tidak melulu bersifat materialistik, namun menjadi
sebuah proses menyeluruh yang melibatkan diri dan kesadaran, intelektualitas, emosi, spritualitas,
estetika dan realitas sosial yang melingkupi kehidupan seseorang. Memahami secara utuh menjadi
signifikan bagi masyarakat dengan diversitas tinggi, seperti halnya Indonesia. Kajian ini akan
mengurai landasan teoritik paradigma pendidikan holistik, sebagai pijakan dalam menanamkan
pemahaman akan keragaman sebagai sebuah kenyataan, dan membangun karakteristik pembelajar
yang demokratis, egaliter, adil serta menghargai keragaman. Sekaligus menyusun proyeksi-proyeksi
penerapannya dalam praktik pedagogi di lingkungan perguruan tinggi. Pendidikan holistik
menempatkan mahasiswa bukan semata-mata pengkaji objek material, namun pelaku aktif yang
mampu mengelaborasikan pengetahuan, rasa, spiritualitas dan kekuatan konteks realitasnya.
Hadirnya perspektif holistik berperan dalam membangun pemahaman dan penghargaan terhadap
adanya keberbedaan (toleransi). Pemahaman dan kesadaran yang utuh dari pendidikan holistik pada
akhirnya menggugurkan keyakinan-keyakinan yang tidak akurat, irasional dan generatif, yang
seringnya menjadi sumber prasangka dan diskriminasi | en_US |